e-mail: unpadhistorian15@gmail.com

BUDAYA ATAU AGAMA?

Azzahra Handhika G. Fajri
180310150032



Seni merupakan buah dari akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi atau luar biasa. Jenis-jenis seni, antara lain ada seni tari, seni musik, seni kriya, seni peran, seni patung dll, dan seni sangat berkaitan dengan kebudayaan yang ada di tempat tersebut. Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas salah satu jenis seni, yaitu seni tari. Seni tari adalah gerakan badan yang berirama, yang biasanya diiringin oleh bunyi-bunyian yang berasal dari alat musik atau nyanyian. Berkaitan dengan sejarah seni tari, khususnya di Indonesia, seni tari yang berasal dari Indonesia merupakan akulturasi atau gabungan dari budaya-budaya luar Indonesia yang pernah datang ke Indonesia, contohnya budaya dari Portugis, Arab, India, Belanda, maupun tradisi atau ajaran dari agama Hindu-Budha yang dibawa oleh pedagang saat melakukan perjalanan ke Indonesia. Tidak banyak seni yang ada di Indonesia, khusunya seni tari yang merupakan benar-benar hasil dari kebudayaan Indonesia sendiri, melainkan dipengaruhi oleh kebudayaan maupun ajaran yang sudah disebutkan diatas. Salah satu contoh tarian yang berasal dari Indonesia yang merupakan hasil gabungan dari budaya luar Indonesia adalah tari Gending Sriwijaya. Tari Gending Sriwijaya merupakan tarian khas daerah Sumatera Selatan yang dipengaruhi oleh budaya dari Hindu-Budha. Tarian ini merupakan tarian persembahan selamat datang kepada tamu-tamu yang berkunjung ke daerah Sumatera Selatan, maupun ke Indonesia.

Dalam sejarahnya, tari Gending Sriwijaya merupakan simbol kebesaran raja dari kerajaan Sriwijaya. Pada saat masih Kerajaan Sriwijaya, tari Gending Sriwijaya hanya diselenggarakan untuk kepentingan upacara adat setempat saat Kerajaan Sriwijaya menerima tamu dari luar. Gadis-gadis yang menarikannya membawa cerana (red: tempat sirih yang bentuknya seperti dulang berkaki (dibuat dari kuningan, perak, dsb)) yang berisikan segala perlengkapan makan sirih yang nantinya akan dipersembahkan kepada beberapa tamu utama sebagai tanda penghormatan dalam menyambut kedatangan mereka. Samoai sekarang ini, tari Gending Sriwijaya masih dipergunakan untuk menerima tamu. Dalam perkembangannya sekarang ini, tari Gending Sriwijaya seringkali dipergunakan dalam urutan acara yang berkaitan dengan kedatangan tamu-tamu pemerintah ataupun tamu-tamu negara tidak hanya di daerah Sumatera Selatan saja.

Beberapa hari ini, tari Gending Sriwijaya sedang ramai dibicarakan oleh khalayak terkait dengan rumor bahwa Dinas Kebudayaan Palembang akan mengganti tari Gending Sriwijaya yang selalu digunakan untuk penyambutan tamu. Rumor itu tidak mungkin tidak beralasan, alasan Dinas Kebudayaan Palembang mengganti tari Gending Sriwijaya dengan tarian lain karena tidak mencerminkan adat istiadat dari Kesultanan Palembang. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Palembang, Sudirman Teguh, unsur-unsur yang ada di dalam tari Gending Sriwijaya seperti gerakan, pakaian penari dan musik dalam tarian tersebut identik dengan ajaran Hindu-Budha. Lanjutnya, Palembang merupakan daerah yang ditinggali oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam, yang sudah sewajarnya memiliki tarian sendiri yang bernuansa Islami. Sudirman mengatakan bahwa Dinas Kebudayaan Palembang, perlu melakukan evaluasi lagi terkait dengan unsur-unsur seperti musik, gerakan serta pakaian penari dalam tari Gending Sriwijaya. Rencana ini dilakukan demi menunjukan identitas Palembang sebagai Palembang Darussalam (red: dari Bahasa Arab: negeri yang aman dan sejahtera).

Jika kita menarik garis lurus kebelakang, tari Gending Sriwijaya merupakan warisan dari Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya merupakan Kerajaan yang awalnya beragama Hindu lalu berganti menjadi beragama Budha dan kemudian menjadi kerajaa Islam dan berpusat di wilayah Sumatera Selatan. Karena hal itu, unsur-unsur yang ada dalam tari Gending Sriwijaya identik dengan unsur-unsur kebudayaan Hindu-Budha. Sudah sepatutnya kebudayaan yang merupakan warisan dari sejarah kerajaan-kerajaan yang berdomisili ada di Indonesia seharusnya dilestarikan, bukannya di hilangkan dengan alasan tidak sesuai dengan agama dan kebudayaan yang sekarang ada. Indonesia dewasa ini, dikenal dan disegani oleh masyarakat luar negri selain karena pesona alamnya yang masih asri dan juga kebudayaannya yang melimpah dan beraneka ragam, jangan sampai karena hal ini, nama Indonesia tercoreng karena ingin mengganti kebudayaan yang selama ini sudah lestarikan dengan alasan tidak sesuai dengan kebudayaan dan agama yang sekarang dianut. Karena agama dan kebudayaan merupakan hal yang sangat berbeda.

Sumber:

 Soedarsono, R. M. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Balai Pustaka; Jakarta.

 Effendi, Hadran. 1999. Tari Gending Sriwijaya yang Ku Kagumi. PT. Jenar Melati

Wangi; Sumatera Selatan

 https://daerah.sindonews.com

 http://lifestyle.okezone.com

 http://sumsel.tribunnews.com

0 komentar: