e-mail: unpadhistorian15@gmail.com

KH. MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI SEBAGAI ULAMA’ DAN PEJUANG NUSANTARA


Oleh Muhammad Tarmizi
180310150007

Hasil gambar untuk foto Kyai HasyimOleh muridnya ia biasa di panggil dengan Kyai Hasyim, bagi muridnya yang ingin memanggil dengan sebutan yang lebih tinggi ia dipanggil Hadratussyaikh, tanpa menyebut namanya yang berarti tuan besar. Akan tetapi setiap Kyai Hasyim membuat surat tidak pernah menyantumkan namanya dengan sebutan-sebutan tersebut, ia hanya menulis: al faqir Hasyim Asy’ari.
Kyai Hasyim menonjolkan namanya dengan sebutan-sebutan yang menimbulkan wibawa agar dirinya di-kyai-kan orang, di-Hadratussyaikh-kan orang, bukan itu yang Kyai Hasyim inginkan,  tetapi orang menjadi segan terhadapnya karena jasanya. Beliau termasuk ahli Hadist, sejajar dengan guru-gurunya: Kyai Kholil (wafat 1923) dari Bangkalan Madura, Kyai Machfoed, at Tarmisi (wafat 1918), Kyai Hasyim juga pernah berguru pada Syeh Ahmad Khotib Minangkabau, tetapi setelah Syeh Ahmad banyak terpengaruh paham-paham pembaharu dari Mekkah, Kyai Hasyim tetap teguh dengan pendiriannya. Karena itu gelar ke-Kyai-an dan ke-Hadratussyaikh-an memang didapat disertai bobot keilmuan tingkat tinggi yang mantap, serta pengokohan oleh para gurunya sebagai murid yang berhak menyandang Kyai. Satu ketentuan yang tak tertulis sekalipun ilmu dan amal cukup, tetapi dalam menjadi Kyai besar haruSlah dengan rekomendasi dari guru, jika tidak maka datangnya sebutan seperti itu karena yang menyebut adalah orang-orang latah. Rekomendasi guru tersebut dibutuhkan sebagai pertautan secara tasalsul. Sejak mondok di Kyai Kholil Bangkalan, rekomendasi Kyai sudah diterima oleh Kyai Hasyim dari gurunya Kyai Kholil. Untuk mempertanggungjawabkan Kyai Hasyim banyak mendidik dan mengajar santri-santrinya Kyai Kholil. Diantara santri-santrinya adalah Abdul Manaf Abdul Karim, ketika Kyai Hasyim mendirikan Pesantren dialah santri pertamanya.
Kyai Hasyim sebagai seorang Ulama yang menentang segala macam penajajahan, terutama penjajahan dari Belanda terhadap Indonesia yang sebagian rakyatnya beragama Islam, Kyaia Jasyim mengatur strateginya secara sistematis, ia tanamkan kepada santri-santrinya harga diri kaum muslimim yang sederajat, bahkan melebihi harga diri kaum penjajah
Rencana, perhitungan Kyai Hasyim sangat teliti, apa yang menjadi gagasan rancangan nya selalu tepat, karena dalam waktu yang relatif singkat diukur dengan berdirinya ponpdok pesantren Tebuireng,  Kyai Hasyim telah mencetak beberapa muridnya yang menjadi Kyai maupun Ulama yang sanggup memimpin  ponfok dan juga berkiprah di masyarakat. Diantaranya: Kyai Wahab Chasbullah dari tambakberas,  Kyai Bisri Samsuri dari Denanyar, Kyai As’ad Samsul Arifin Situbondo, Kyai ahmad Sidiq dari Jember, dan masih banyak yang lainnya. Karena murid-muridnya tersebar dipulau Jawa Khususnya dan Umumnya dipulau Jawa, maka terangkatlah Kyai Hasyim dipuncak kekuatan yang tersusun seperti piramid, sehingga membingungkan Pemerintah Belanda.
Dalam mengasuh pondoknya Kyai Hasyim selalu menjaga keikhlasan hatinya. Ia tidak mendudukan pondok sebagai tujuan usahanya, tetapi pondok sebagai sarana untuk menggodok santrinya untuk dicetak sebagai manusia yang faqquh fi diddin, yang mampu berkiprah di masyarakat, menjadi pemimpin umat walaupum dilingkungan yang paling kecil. Untuk memperlancar usaha mencapai cita-citanya Kyai Hasyim bertindaj tidak kepalang tanggung. Ia menganggap santri itu bukansaja sebagai murid atau anak aduh, tetapi lebih dari itu sebagai anak sendiri. Santri yang kurang mampu ekonominya dipikirkan penghidupannya, kadang-kadang diberi tugad memelihara kuda beserta delmannya, ada yang bertugas kesawah ada juga yang di tugaskan mengisi air wudlu masjid. Yang penting semua santrinya merasakan betapa besar attensia Kyai terhadap dirinya. Satuhal yang sulit digambarkan dimasa kini, satu masa yang melahirkan modern, ialah attensia Kyai Hasyim terhadap santrinya yang berjumlah kurang lebih 900 orang itu pada bulan suci ramadhan. Pada umumnya pada bulan Ramadhan, para alumni pondok Tebuireng yang sudah terjun ke dalan kemasyarakat, baik yang sudah menjadi Kyai, menjadi guru, menjadi politisi maupun yang menjadi politisi maupun yang menjadi pedagang dan yang lainnya. Menyediakan waktunya selama sebulan untuk menjadi santri kembali kepondok, memperdalam ilmunya dengan mengaji secara langsung kepada Kyai Hasyim. Pada bulan Ramadhan lah jumlah santri Tebuireng relatif lebih banyak dari biasanya.
Bentuk hubungan antara Kyai dan santri, antara guru dan murid yang telah diterapkan oleh Kyai Hasyim melalui metode pendidikan dan pengajaran dengan sistem taqlid itu membuka peluang secara bagi Kyai Hasyim untuk meluaskan dan pandangan hidup pribadinya yang anti penjajah, yang kafir itu ketengah masyarakat dengan memalui muridmuridnya yang sudah berkiprah di masyarakat. Untuk memperluas jangkauan tanligh dan dakwahnya di masyarakatluas itu oleh kyai Hasyim selalu dipesankan kepada santri-santrinya yang akan meninggalkan pondok agar tidak lupa untuk terus mengaja, mengajar, dan mengajar meskipun sedikit. Bagi santri yang dianggap mampu disarankan untuk mendirikan pondok pesantren atau sekurang-sekurangnya mengelola madrasah.

Pada sisi lain dalam bidang sosial politik Kyai Hasyim merasa prihatin, sebagai ulama ia ingin mebawa umat kedalam kehidupan yang diterangi oleh ilmu pengetahuan dan kultur yang sesuai dengan perkembangan agama. Kyai Hasyim menganggap bahwa masuknya kebudayaan luar Islam kedalam merapuhkan iman dan semangat pejuan dalam mencapai kemerdekaan tanah air dari penjajah Belanda. Karena itu ia berusaha semua santrinya agar tidak menyukai semua kultur dan kebiasaan yang datangnya dari luar islam, khususnya penjajah. Ia berpedoman sebuah hadist yang berbunyi : barangsiapa menyerupai kaum maka ia termasuk golongannya.
Kyai Hasyim bukan termasuk pembaharu dalam agama, ia sangat kokoh berpegang pada karangan ulama salaf, tetapi pikirannya cukup modern. Ia termasuk ulama yang menjadi benteng kubu-kubu paham Ahlussunnah wa Al-Jama’ah, bahkan kalo di kaji sepak terjang bisa dikatakan kaum sufi, tetapi Kyai Hasyim masih bisa menjaga keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat.
Jauh sebelum terjadi revolusi fisik 45 Kyai Hasyim telah mengambarkan keadaan yang bakal terjadi dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Kebutuhan laskar yang bersenjata sangat di dambakan. Karena itu jalan yang paling dekat adalah memiliterisir santri atau bisa melakukan pelatihan militer terhadap para santri. Maka dibentuklah barisan Hizbullah. Karena semakin tua dan fisiknya kurang memungkinkan Kyai Hasyim tidak bisa mengikuti pelatihan secara langsung. Tetapi bukan berarti melepaskan diri, Kyai Hasyim perintahkan seluruh santrinya untuk mengikuti barisan latihan tersebut.
Peristiwa itu terjadi sebelum datangnya kemerdekaan RI, masih dalam rangka persiapan kemerdekaan. Setelah meletusnya revolusi 45 semangat perjuanga Kyai Hasyim lebih meningkat lagi. Tanggal 22 Oktober 1945, sehari setelah berdirinya PKI, Kyai Hasyim memberikan fatwanya. Karena pentingnya watfanya tersebut sehingga kemudian ditetapkan sebagai Resolusi Nahdlatul Ulama, isinya tentang penetapan melawan Belanda hukumnya adalah fardlu’ain, wajib bagi setiap umat islam yang sudah baligh, bagi yang tidak berangkat ke medan perang tanpa alasan maka dianggap pengecut dan berdosa.
Semenjak itulah orang menjadi kagum atas sikap dan perbuata Kyai Hasyim, sebagai ulama ia telah mengantar puluhan, bahkan ratusan santrinya untuk menjadi pemimpin nasional. Bungkarno selaku Presiden RI yang pertama menyatakan kekagumannya setelah mendenggar fatwa Kyai Hasyim di pertemuan antara pejabat dan ulama r di Kediri. Pada akhir bulan  puasa tahun 1946, panglima besar angkatan perang RI Bapak Letnal Jenderal Soedirman datang bersilahturrahmi  mengunjungi rumah Kyai Hasyim di Tebuireng untuk bertukar pikiran dalam menentukan taktik strategi perjuangan kemerdekaan. Sejak itu maka makin eratlah hubungan mereka.
Pada 7 September 1947, saat itu Kyai Hasyim baru  saja selesai dari jamaah sholat tarawih bersama ibu-ibu di musholla  dekat rumahnya setelah itu akan di lanjutkan dengan acara pengajian untuk para ibu-ibu. Baru beberapa saat ia mengaji maka masuklah cucuny Yusuf Masyhar (K.H. Yusuf Masyhar, pengasuh Madrasatul Qur’an Tebuireng), memberi tahu bahwa ada dua orang tamu yang datang, seorang dari utusan Pak Dirman dan satu orang lagi dari utusan pak Tomo dari Surabaya. Kyai Hasyim segera menemui tamu yang sejak tadi di temani oleh Kyai Ghufron. Setelah berbasa-basi maka kedua utusan itu menyampaikan surat yang satu dari pak Dirman yang satu lagi dari pak Tomo. Setelah membacanya maka Kyai Hasyim diam dan membisu sambil memejamkan mata, saat itu masuklah seorang santrinya Kyai Adlan Aly Cukir sehingga menyadarkan Kyai Hasyim, lalu Kyai Adlan Aly diminta oleh Kyai Hasyim untuk menemaninya di tempat, tetapi dua orang yang tadi tidak bisa menunggu lama mereka harus pergi untuk mengikuti pertemuan lainnya. Sebelum para tamunya pulang Kyai Hasyim menyampaikan pada tamunya bahwa sangat pentingnya persoalan yang akan disampaikan maka Kyai Hasyim tidak langsung menjawabnya. Ia meminta hari esok untuk menjawabnya karena memerlukan kemantapan dan keteguhan untuk menjawab satu persoalan itu.
Ketika itu di Pesantren sedang tidak ada kegiatan maka Kyai Ghufron menyampaikan pesan yang dibawa oleh dua orang utusan itu, bahwasannya perkembangan pertempuran di daerah Malang, gempur-gempuran tentara belanda dibawah pimpinan Jenderal  S.H. Spoor di Singosari sangat hebat sehingga memporak-porandakan pertahanan. Kerugian dipihak kita besar, malah pegunungan di Singosari yang dianggap strategis berhasil dikuasai dan jatuh ketangan Belanda.
Kyai Hasyim lalu menekankan tangan pada kepalanya sambil mengatakan kata dengan peln: MasyaAllah, MasyaAllah, MasyaAllah! Kyai Gufron dan dua orang tamunya yang akan beranjak pulang hanya memandangi Kyai Hasyim saja. Tangan Kyai Hasyim meraba-raba pinggiran tempat tidur kemudian diam sebentar. Baru beberapa saat mereka menyadari bahwa Kyai Hasyim telah koma dalam keadaan duduk sambil berpegang pinghiran tempat tidur. Sejak itu ia terus koma kemudian pada jam 03.45 Kyai Hasyim dipanggil pulang kerahmatullah. Innalillahi.

Daftar Sumber:
Buku:
Abu Mujahi.2013. Sejarah NU “Ahlussunnah wa Al-Jama’ah” di Indonesia.Bandung.Tubagus Publishing
Bisri, Adib.2014. Khittah dan Khidmah Nahdlatul Ulama’ .Pati. Roudloh Al-Thohiriah Kajen Margoyoso.
Internet :

https://www.google.com/search?q=foto+Kyai+Hasyim&espv=2&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjKxu7i74bTAhXINo8KHbwxDFYQ_AUIBigB&biw=1366&bih=638#imgrc=vxtXwBWEoG5cMM:

1 komentar:

  1. Mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Sri Utamii biasa di panggil Mba Sri, TKI tinggal di kota Pontian johor Malaysia,Saya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya, tetap ikhtiar.
    pengen pulang ke indonesia tapi gak ada ongkos pulang. sempat saya putus asa,gaji pun selalu di kirim ke indonesia untuk biaya anak sekolah,sedangkan hutang banyak, kebetulan teman saya buka-buka internet mendapatkan nomor hp Mbah Suro 082354640471 katanya bisa bantu orang melunasi hutang melalui jalan togel dengan keadaan susah jadi saya coba beranikan diri hubungi dan berkenalan dengan beliau Mbah Suro, Dan saya menceritakan keadaan saya.Beliau menyarankan untuk mengatasi masalah perekonomian saya,baiknya melalui jalan togel saja.Dan angka yang di berikan beneran tembus ,4607 dan saya dapat 275 juta alhamdulillah terima kasih banyak ya allah atas semua rerjekimu ini. walaupun ini melalui togel




































































    Mbah Suro....

    BalasHapus