PERJUANGAN MELAWAN PENGGUSURAN Antara Penggusuran dan Kebijakan Developmentalisme
Oleh Roin Akhbar San Alvian Harianja
180310140065
Tahun 2015 hingga tahun 2016 telah terjadi peningkatan kasus penggusuran di Indonesia.
Kebanyakan penggusuran dilakukan atas nama ketertiban kota, revitalisasi sungai, hingga
pembangunan infrastruktur seperti bandara dan apartemen. Penggusuran juga dilakukan
dengan berbagai alasan dan biasanya alasan pemerintah dan korporasi yang paling sering
muncul ialah karena warga yang bermukim di wilayah penggusuran tersebut terindikasi
ilegal. Apakah atas nama administrasi, rakyat harus kehilangan aset-asetnya? Penggusuran
kini menjadi sebuah senjata untuk menegakkan Neoliberalisme.
Dari realitas yang ada, Jawa dan Bali memasuki era Kapitalisme tata ruang dimana antara
rakyat dan korporasi berebut wilayah tata ruang. Dimulai dari kasus Pegunungan Kendeng,
pembangunan Bandara Kulonprogo, Proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, hingga
pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat. Dampak dari pembangunan infrastruktur
tersebut ternyata tidak kecil. Rakyat dan lingkungan menjadi dua entitas yang paling
dirugikan dari kebijakan politik tata ruang. Dampak terbesar yang akan dialami oleh rakyat
ialah hilangnya ruang untuk hidup dan bekerja serta proletarisasi. Konsep proletarisasi adalah
suatu keniscayaan dalam masyarakat Kapitalisme dimana rakyat pada akhirnya terpaksa
menjadi buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehilangan aset berupa tanah dan
usaha kecil menengah menjadi sebab-sebab mengapa pada akhirnya petani, nelayan, dan
pengusaha kecil menjadi buruh. Bahkan para pakar teknologi lingkungan mengakui terang-
terangan perihal proletarisasi. Misalnya pernyataan dari Dr. Ir. Firdaus Ali, M.Sc yang
mengatakan bahwa reklamasi Teluk Jakarta memang akan membawa kerusakan pada
lingkungan, namun sifatnya temporal. Selain itu, Firdaus Ali juga mengatakan bahwa nelayan
yang terkena dampak reklamasi akan diprioritaskan untuk beralih profesi menjadi karyawan
disana1.
1 “Alasan Reklamasi Merusak Lingkungan Tak Berdasar”, dimuat dalam Berita Satu, 10 Agustus 2016.
http://www.beritasatu.com/megapolitan/379047-alasan- reklamasi-merusak- lingkungan-tak- berdasar.html
Keterangan Firdaus Ali tersebut menjadi contoh bahwa penggusuran sejatinya membawa
rakyat kepada proletarisasi. Namun pada akhirnya proletarisasi akan membawa masalah baru,
contohnya ialah masalah upah dan pensiun yang dampaknya nanti akan sampai kepada
kesejahteraan buruh. Terlepas dari itu semua, penggusuran pada akhirnya berimplikasi
kepada keberpihakan pemerintah terhadap korporasi yang ingin mengembangkan kapitalnya
dengan meluaskan tata ruang di kota-kota. Di desa-desa, penggusuran akan menyebabkan
petani kehilangan sawah dan rumahnya sehingga sebagian besar dari mereka nantinya
terpaksa melakukan urbanisasi sebagai konsekuensi atas proletarisasi. Maka dari itu, kita
mesti mengetahui secara ringkas bagaimana pembangunan infrastruktur bekerja dan apa
pengaruhnya kepada rakyat.
Penggusuran dan Kepentingan Korporasi
26 Juli 2016 merupakan hari yang sangat kelam bagi ratusan warga di Jalan Stasiun Barat,
Kota Bandung karena di hari itu, kios dan tempat tinggal mereka digusur secara paksa oleh
PT.KAI Daerah Operasi 2 Bandung. Menurut Humas PT. KAI Daerah Operasi 2, Franoto
Wibowo mengatakan bahwa penggusuran ini dilakukan karena warga menempati lahan PT.
KAI secara illegal2. Namun, dalam penelusuran kami bersama para mahasiswa yang
tergabung dalam Aliansi Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) menemukan data
bahwa warga bahkan sudah menempati lahan tersebut sejak abad 19 awal. Banyak suratkabar
juga menyebutkan bahwa lahan tersebut milik PT. KAI, padahal lahan tersebut milik negara.
Pendapat ini kontras dengan pendapat para pejabat PT. KAI yang berkata bahwa warga telah
tinggal sejak 19713. Rencananya PT. KAI akan menggunakan lahan yang digusur tersebut
untuk pelebaran jalan dan memperluas area parkir. Menurut Ridwan Kamil dalam twitternya
menyebutkan bahwa warga yang tergusur sudah ditempatkan di Rusunawa Rancacili dengan
‘baik’ dan ‘layak’4. Padahal sepanjang penelusuran SORAK ke Rusunawa Rancacili tidak
2 “KAI Bongkar Bangunan Ilegal di Stasiun Bandung”, dimuat dalam Republika, 27 Juli 2016.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/07/26/oawrn3330-kai- bongkar-bangunan- ilegal-di-
stasiun-bandung.
3 Wawancara Humas PT. KAI, Franoto Wibowo kepada wartawan Republika. Pendapat Franoto tersebut dinilai
tak berdasar karena warga mempunyai bukti-bukti yang kuat bahwa mereka telah tinggal sejak 1946, bahkan
ada warga yang mengatakan sejak 1928 atau telah turun temurun ada disana. Data-data yang dimliki warga
untuk membuktikan hal tersebut adalah adanya PBB, KTP, dan aset turun temurun yang telah dirusak oleh 3
alat berat yang dikerahkan PT. KAI untuk menggusur wilayah tersebut.
4 “17 KK Korban Penggusuran Stasiun Bandung Tinggal di Bedeng”, dimuat dalam Liputan 6, 17 Agustus 2016.
http://regional.liputan6.com/read/2579357/17-kk- korban-penggusuran- stasiun-bandung- tinggal-di- bedeng.
menemukan hunian layak di dalamnya. Bahkan, warga harus menyewa hunian susun tersebut
per bulan. Munculnya pendapat-pendapat yang berbeda di suratkabar nasional membuktikan
bahwa PT. KAI telah berbohong. Bahkan Komite Rakyat Korban Penggusuran Stasiun
Bandung, Pak Rosyid mengatakan bahwa PT. KAI telah salah gusur karena yang seharusnya
digusur ialah wilayah timur Stasiun Bandung.
Berbeda kasus dengan penggusuran di wilayah barat Stasiun Bandung, dengan dalih
pembangunan sebuah bandara internasional, PT. BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat)
melakukan pengukuran lahan di sawah-sawah milik warga Desa Sukamulya, Kecamatan
Kertajati, Kabupaten Majalengka. Sekitar pukul 08.00WIB, 17 November 2016 sekompi
polisi dari Polda Jabar datang untuk mengawal pengukuran. Karena hal tersebut, warga
melakukan reaksi dengan menduduki lahan yang akan diukur oleh PT. BIJB tersebut5. Desa
Sukamulya yang memiliki luas 735 hektar menjadi salah satu area dari kawasan BIJB yang
totalnya 1800 hektar6. Sedangkan menurut Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)
menyebutkan bahwa kawasan BIJB seluas 5000 hektar dan kawasan tersebut terdiri atas 11
wilayah desa di Majalengka7. Menurut KPA, kasus ini pertama kali muncul tahun 2004,
ketika secara sepihak 11 kepala desa menandatangani surat pernyataan yang menyatakan
bahwa warga dari 11 desa tersebut mendukung pembangunan BIJB. Surat tersebut
ditandatangani pada 14 Oktober 2004. Padahal realitas menyebutkan bahwa hanya ada 300
KK dari 1305 KK dari ke 11 desa tersebut yang mendukung pembangunan BIJB, sementara
mayoritas warga desa menolak. Parahnya, dalam pembuatan AMDAL pembangunan BIJB
dinyatakan bahwa lahan Desa Sukamulya adalah lahan tandus yang hanya bisa panen sekali
dalam satu tahun dengan produksi gabah kering sebanyak 6 kwintal per hektar. Padahal data
dari Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka tahun 2005 dan BPS Kabupaten Majalengka
menyebutkan bahwa Desa Sukamulya bisa memproduksi gabah kering sebanyak 52, 35
kwintal per hektar8.
5 “Ribuan Warga Sukamulya Duduki Lahan Tolak Pengukuran BIJB”, dimuat dalam Pikiran Rakyat, 17
November 2016.
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa- barat/2016/11/17/ribuan-warga- sukamulya-duduki- lahan-tolak-
pengukuran-bijb- 385044
6 “Detik-detik Ribuan Aparat Serbu Petani Majalengka”, dimuat dalam CNN Indonesia, 18 November 2016.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161118085655-20- 173482/detik-detik- ribuan-aparat- serbu-petani-
majalengka/
7 “Warga Sukamulya Menolak Pembangunan BIJB”, dimuat dalam situs KPA.
http://www.kpa.or.id/news/blog/warga-sukamulya- menolak-pembangunan- bjib/
8 Ibid.
Kedua kasus tersebut memiliki kesamaan sifat, salah satunya ialah lahan dan aset milik warga
digusur untuk kepentingan pembangunan, sifat lainnya ialah bahwa dalam kedua kasus
tersebut menunjukkan bahwa warga digusur atau akan digusur oleh korporasi. Namun, ketika
korporasi menggusur lahan milik warga, pemerintah yang seharusnya sebagai perpanjangan
tangan warga malah memihak kepada korporasi. Keberpihakan negara kepada korporasi
sangat membuktikan bahwa pemerintahan sejatinya merupakan alat bagi kaum borjuasi untuk
menindas rakyatnya. Lenin mengatakan bahwa kaum borjuasi membutuhkan negara sebagai
organ kekuasaan kelas yang dapat menciptakan tata tertib yang melegalkan dan mengekalkan
penindasan terhadap kelas tertindas dengan memoderasikan bentrokan antar kelas.
Penggusuran dan Developmentalisme
Pada hakikatnya, pembangunan infrastruktur dilaksanakan oleh negara dengan maksud untuk
kepentingan rakyat. Pembangunan infrastruktur dilaksanakan sebagai konsekuensi atas
kebutuhan-kebutuhan dari rakyat seperti pembangunan stasiun kereta api dan bandara sebagai
sarana untuk transportasi massal atau bahkan pembangunan perumahan sebagai hunian untuk
rakyat. Namun, pada kenyataannya, pembangunan infrastruktur bukan lagi ditujukan untuk
kepentingan rakyat. Negara pada saat ini sebagai alat borjuasi pada akhirnya melakukan
banyak pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan para borjuasi. Bagaimana ini
bisa terjadi? Engels dalam karyanya Asal-usul Keluarga menyebutkan bahwa dalam sebuah
republik demokratis, borjuasi menggunakan kekuasaannya secara tidak langsung tetapi justru
lebih pasti, pertama dengan jalan menyuap langsung para pejabat, dan; kedua dengan jalan
persekutuan antara pemerintah dengan bursa atau korporasi9. Dari keterangan tersebut kita
bisa mengambil satu pernyataan bahwa dalam pembangunan infrastruktur, borjuasi
menggunakan kekuasaan negara secara tidak langsung. Negara pada akhirnya membuat suatu
undang-undang pembangunan infrastruktur yang kesannya berpihak kepada rakyat, namun
nyatanya tidak sama sekali. Itulah mengapa Walhi menyebutkan bahwa pembangunan BIJB
akan menguntungkan developer. Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Nur Hidayati
menyebutkan bahwa dampak pembangunan infrastruktur sangat besar, pertama,
menumpuknya utang-utang luar negeri yang nantinya akan ditanggung oleh generasi
selanjutnya; kedua, pembangunan infrastruktur nantinya akan berdampak buruk terhadap
lingkungan dan masyarakat10.
9 Kutipan Engels yang diambil dari karya Lenin, Negara dan Revolusi.
Kebijakan pembangunan infrastruktur terkait dengan pembangunan nasional yang digulirkan
oleh negara sejak Neoliberalisme masuk ke Indonesia pada era Soeharto. UU Penanaman
Modal Asing tahun 1967 menjadi pintu awal terbentuknya kebijakan pembangunan nasional.
Kebijakan pembangunan nasional tersebut bisa kita sebut sebagai Developmentalisme.
Sebagai sebuah teori pembangunan, Developmentalisme adalah suatu bentuk pembangunan
ekonomi untuk menghapus kemiskinan. Menurut Dawam Raharjo, Developmentarisme
digambarkan sebagai suatu kemistri ideologis antara kepentingan negara-negara industri maju
dengan kepentingan elit politik negara-negara dunia ketiga. Teori Developmentalisme
berkembang dari doktrin Four Points Program yang dilancarkan oleh Presiden AS, Harry S.
Truman pada 1949. Salah satu poin dalam Four Points Program adalah pemulihan ekonomi
akibat kerusakan Eropa dari Perang Dunia II. Developmentalisme merupakan kelanjutan
program pemulihan ekonomi dunia ketiga. Tujuan utama Developmentalisme pada saat itu
ialah untuk membendung pengaruh Komunisme dengan menuntaskan sumber dari
penyebaran komunisme – yaitu kemiskinan11.
Developmentalisme sebagai teori pembangunan ekonomi dunia ketiga akhirnya menemukan
kegagalannya. Dalam konteks Indonesia, sejak Developmentalisme dilaksanakan oleh
Soeharto melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), pemerintah Indonesia
terpaksa meminjam modal kepada IMF dan memberlakukan penanaman modal asing. Dalam
usaha Repelita tersebut, Indonesia hanya berhasil mencapai GNP US 1.100 dollar pada 2004.
Dalam proses mencapai nilai tersebut, Indonesia harus rela kehilangan banyak asetnya untuk
dijual kepada modal borjuasi. Tahun 1997, nilai rupiah jatuh 500% hingga ke nilai Rp
10.000/dolar. Akibat jatuhnya nilai rupiah tersebut, utang pemerintah kepada IMF
membengkak hingga 500% yang artinya sebelum krisis 6 sampai 7 tahun lalu (sebelum 1997-
1998), pemerintah meminjam 200 juta dolar dengan kurs Rp 2.000/dolar maka saat jatuh
tempo mereka harus membayar 5 kali lipatnya12. Kebijakan Developmentalisme yang
mengarah kepada pembukaan pasar Neoliberalisme pada akhirnya mengakibatkan Indonesia
jatuh dalam perangkap IMF dan kepentingan borjuasi. Hal ini membuktikan bahwa dalam
10 “Walhi Sebut Pembangunan Infrastruktur Era Jokowi Mirip Soeharto”, dimuat dalam Kompas, 20 November
2016.
http://nasional.kompas.com/read/2016/11/20/17253011/walhi.sebut.pembangunan.infrastruktur.era.jokowi.
mirip.soeharto.
11 “Developmentalisme”, oleh Dawam Raharjo. Dimuat dalam Infid News, 2 Juni 2009.
http://infid-news.blogspot.co.id/2009/06/developmentalisme- dawam-rahardjo.html
12 Ishak Rafick. Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia: Sebuah Investigasi 1997-2007, Mafia Ekonomi, dan
Jalan Baru Membangun Indonesia. (Jakarta. Ufuk Publishing House. 2007). Hal. 91-92.
jangka panjang, Developmentalisme dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan ekonomi
rakyat.
Lalu apa kaitannya Developmentalisme dengan penggusuran?
Pada dasarnya, hampir semua kasus penggusuran di Indonesia terjadi karena adanya
kepentingan Developmentalisme. Bentuk kepentingan tersebut sangat terlihat jelas dengan
adanya pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh korporasi untuk kepentingan
korporasi jua. Contohnya dalam kasus-kasus penggusuran di DKI Jakarta pada era
kepemimpinan Ahok. Gubernur DKI Jakarta tersebut bahkan menyatakan bahwa tahun ini
akan dilakukan 325 kali penggusuran. Jumlah tersebut bahkan dua kali lipat dari tahun
sebelumnya – yaitu 2015 – dimana pemerintah DKI Jakarta telah menggusur 113 titik
lokasi13. Alasan pemerintah menyebutkan bahwa penggusuran dilakukan untuk penertiban
kawasan liar, revitalisasi sungai, hingga penertiban Pedagang Kaki Lima atau PKL. Alasan-
alasan tersebut sebenarnya merupakan alasan semu yang dapat menutupi dari alasan yang
sebenarnya, yaitu untuk mendukung pembangunan infrastruktur untuk kepentingan borjuasi.
Kita bisa melihat bahwa pada hakikatnya revitalisasi sungai – selain untuk mencegah banjir
di wilayah Jakarta Utara – untuk menunjang kenyamanan apartemen-apartemen yang terletak
di kawasan Pantai Teluk Jakarta. Selain itu, adanya wacana reklamasi Teluk Jakarta juga
dilakukan untuk mendukung pembangunan apartemen dan kawasan bisnis milik Agung
Podomoro Group14. Reklamasi tersebut pada akhirnya merugikan para nelayan. Nelayan
pada akhirnya harus rela digusur dan dipindahkan ke Rusunawa. Menteri Koordinator
Kemaritiman, Luhut Pandjaitan menyebutkan bahwa pemerintah akan menyediakan
Rusunawa bagi 12.000 nelayan. Selain ada wacana penggusuran dan pemindahan pemukiman
ke Rusunawa, nelayan juga dirugikan pendapatannya. Salah seorang perwakilan nelayan
Muara Angke, Muhammad Hisyam menyebutkan bahwa pendapatannya sebelum reklamasi
mencapai 30 kg per hari, kini telah turun hingga 15 kg per hari15.
Contoh kasus tersebut telah membuktikan bahwa dalam pelaksanaannya, kebijakan
Developmentalisme pada akhirnya harus mengorbankan aset dan lahan milik rakyat untuk
kepentingan borjuasi. Hal tersebut juga menjadi kritik bagi para pegiat Developmentalisme
13 “Ahok: Tahun Ini, Pemprov DKI Akan Gusur 325 Lokasi”, dimuat dalam Kini.co.id, 28 Juni 2016.
http://nasional.kini.co.id/2016/06/28/15835/ahok-tahun- ini-pemprov- dki-akan- gusur-325- lokasi.
14 “Studi Kasus: Reklamasi Pantai Utara Jakarta”, dimuat dalam Radar Planologi, April 2016.
http://www.radarplanologi.com/2016/04/studi-kasus- reklamasi-pantai- utara-jakarta.html
15 “Ditolak Nelayan, Reklamasi Teluk Jakarta Jalan Terus”, dimuat dalam BBC Indonesia, 14 September 2016.
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/09/160913_indonesia_reklamasi_jakarta_jalanterus
seperti para mafia Berkeley yang menyatakan bahwa Developmentalisme menjadi solusi
terbaik untuk menuntaskan kemiskinan di Indonesia. Namun, karena Indonesia merupakan
negara dunia ketiga yang sudah terjebak dalam sirkulasi Neoliberalisme, maka pemerintah –
mau tidak mau – sebagai agen imperialis tetap melanjutkan kebijakan Developmentalisme
hingga kini. Wacana-wacana seperti educopolis (seperti kota Yogyakarta), waterfront city
(seperti DKI Jakarta), dan ecocity (seperti kota Bandung) adalah wacana-wacana busuk yang
diselubungi harapan-harapan indah akan ketertiban dan kenyamanan kota. Pada
kenyataannya, wacana busuk tersebut mengakibatkan rakyat miskin kota tergusur dan
tersingkir hingga ke pinggir kota. Rakyat miskin kota yang bertahan dalam rimba kota pada
akhirnya akan menjadi kaum-kaum pengangguran dan pengemis baru yang nantinya akan
dianggap mengganggu keindahan kota. Inilah konsekuensi dari Developmentalisme!
Ayo Lawan Penggusuran!
Penggusuran sejatinya harus dilawan! Ketika rakyat tidak melawan, maka pemerintah dan
korporasi akan semakin menjadi-jadi dan menjadikan rakyat sebagai buruh-buruh murah
yang akan melaksanakan proyek-proyek mereka. Kalau sudah begitu, maka dampak ekonomi
penggusuran nantinya juga akan mempengaruhi kondisi psikologis dan kebudayaan. Anak-
anak yang terdampak penggusuran nantinya akan mengalami trauma sehingga akan
mengganggu kehidupan mereka. Selain itu mereka juga akan kesulitan menempuh jarak
sekolah yang sebelumnya dekat menjadi jauh. Para orang tua akan kesulitan mencari kerja
baru atau memulai usaha baru karena ketiadaan modal atau modal hanya sedikit. Biasanya
rakyat yang sudah tinggal dalam rusunawa akan kesulitan dalam membayar uang sewa
huniannya. Dalam kasus penggusuran Stasiun Bandung misalnya, warga yang sudah tinggal
di Rusunawa Rancacili digratiskan 3 bulan uang sewa hunian. Namun pada kenyataannya,
mereka tetap saja harus membayar uang listrik dan air yang jumlah mencapai 100 ribu rupiah
lebih. Sedangkan, mereka masih belum mempunyai usaha baru karena bantuan dari
pemerintah nonsens untuk ditunggu-tunggu.
Bagaimana cara melawan penggusuran?
Teknik perlawanan bukanlah suatu ilmu ilmiah atau dogma yang harus diikuti, namun teknik
perlawanan ialah teknik yang harus bergerak secara dialektis dengan mengikuti pola
kebudayaan dan corak produksi rakyatnya. Jika teknik melawan diikuti secara dogmatis,
bukan berarti kesalahan-kesalahan seperti kesalahan Stalinis akan terulang lagi. Misalnya
kesalahan membangun Front Persatuan dengan borjuasi nasional, kebijakan Stalinis yang
demikian akan mengaburkan perjuangan kelas sehingga yang terjadi ialah adanya
pengkhianatan borjuasi nasional seperti yang terjadi dalam tubuh aliansi nasional China di
tahun 1927, dimana kader Partai Kuomintang (Partai Komunis China) dibantai oleh partai
yang berkuasa (yaitu Kunchantang: Partai Nasionalis China). Dari pelajaran-pelajaran
tersebut, kita seharusnya tidak boleh lagi terjebak dalam dogma-dogma yang menyebabkan
kita salah langkah.
Dalam hal ini kita juga harus memerhatikan teknik perlawanan dalam penggusuran. Contoh
kasusnya ialah penggusuran Stasiun Bandung, dimana rakyat korban penggusuran akhirnya
mengorganisir diri dan membentuk komite perjuangan yang bernama Komite Perjuangan
Rakyat Korban Penggusuran Kebon Jeruk yang bekerjasama dengan Solidaritas Rakyat untuk
Demokrasi (SORAK) dalam perjuangan melalui jalur litigasi maupun non-litigasi. Dalam
jalur litigasi, SORAK (dalam hal ini Rumah Dialektika sebagai sebuah komunitas kuasa
hukum) mengadvokasi rakyat Kebon Jeruk yang melawan dalam menuntut ganti rugi
penggusuran kepada PT. KAI dan Pemerintah Kota Bandung. Sedangkan dalam jalur non-
litigasi, Komite Rakyat Korban Penggusuran Kebon Jeruk bersama rakyat korban
penggusuran Kebon Waru dan juga SORAK (dalam hal ini Aliansi Mahasiswa Papua,
Pembebasan, dan MarxistYouth Commune) mengorganisir diri dalam satu barisan melawan
PT. KAI dan Pemerintah Kota Bandung dengan aksi massa.
Dalam kasus-kasus lain, kita juga akan menemukan pola yang sama, dimana warga korban
penggusuran harus membentuk satu komite perlawanan yang akan bekerja sama dengan
elemen lainnya seperti mahasiswa dan buruh membentuk satu barisan melawan kaum yang
menggusur: korporat dan pemerintah. Dalam pengorganisasian rakyat, para pengorganisir
harus hidup bersama korban penggusuran untuk melakukan pendekatan hingga bergabung
bersama rakyat dalam perjuangan merebut hak-hak hidupnya. Jo Hann Tan dan Roem
Topatimasang pernah berkata bahwa satu kunci keberhasilan proses pengorganisasian rakyat
adalah memfasilitasi mereka sampai akhirnya mereka dapat memiliki suatu pandangan dan
pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang mereka hadapi.
Walaupun kita menjadi seorang pengorganisir rakyat, namun tetap saja tanggung jawab
perlawanan ada di rakyat. Maka dari itu, tugas-tugas seorang pengorganisir rakyat salah
satunya ialah mendorong rakyat agar mau melawan dan mengorganisir diri. Selebihnya,
dalam perjuangan merebut aset-aset kehidupan rakyat, kita hanya berfungsi sebagai fasilitator
atau bahkan hanya sebagai pembantu perjuangan saja. Dalam kata kasarnya, kita hanyalah
sekumpulan orang yang bekerjasama dengan rakyat dalam melakukan perjuangan melawan
Developmentalisme. Dalam hal ini, rakyat korban penggusuran harusnya sudah
mengorganisir diri sebelum penggusuran tersebut terjadi. Kesiapan-kesiapan rakyat dan
pengalaman-pengalaman sejarah yang ada pada akhirnya akan menjadi salah satu alat
perjuangan juga.
Biasanya perjuangan melawan penggusuran bukanlah suatu perjuangan yang singkat,
perjuangan tersebut pastinya akan menempuh proses yang panjang. Maka dari itu, kita harus
memiliki kesabaran dan keteguhan yang revolusioner dalam perjuangan. Disiplin kerja juga
harus kita terapkan karena hal tersebut menjadi kunci keberhasilan dalam perjuangan.
Contohnya ialah militansi rakyat Pegunungan Kendeng dalam melawan 12 pabrik semen
yang ingin mengeruk kekayaan Karst disana tetap bertahan karena adalah kesabaran dan
keteguhan yang revolusioner dan juga disiplin kerja yang mantap.
Dengan teknik-teknik yang demikian, bukan berarti harus diikuti secara dogmatik. Namun,
kita juga perlu mengawinkan gagasan tersebut dengan realitas objektif yang tergambar di
wilayah penggusuran. Kita harus mampu berbaur dengan rakyat korban penggusuran dan
dengan berarti kita tidak boleh putus dari massa. Jika kita putus dari garis massa, maka
alhasil kita akan melakukan perjuangan yang sia-sia, dimana rakyat menjadi tidak terorganisir
dan kita tidak mengetahui bagaimana realitas yang ada dalam tubuh rakyat. Perjuangan
tersebut pada akhirnya menjadi perjuangan semu belaka.
Sumber-sumber
Lenin, Vladimir. 1974. Collected Works Volume 25. Moscow: Progress Publisher.
Engels, Friederick. ____. Origin of The Family, Private Property, and The State. London:
Alick West Published.
Rafick, Ishak. 2008. Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia: Sebuah Investigasi 1997-2007,
Mafia Ekonomi, dan Jalan Baru Membangun Indonesia. Jakarta: Ufuk
Publishing House.
Tan, Jo Hann dan Roem Topatimasang. 2004. Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman
Pengorganisasian di Asia Tenggara. Jakarta: SEAPCP & Insist Press.
Saokani, Kukuh. 2016. 17 KK Korban Penggusuran Stasiun Bandung Tinggal di Bedeng.
Dimuat dalam Liputan 6.
http://regional.liputan6.com/read/2579357/17-kk- korban-penggusuran- stasiun-bandung-
tinggal-di- bedeng
Diakses 20 November 2016.
Istiqomah, Zuli. 2016. KAI Bongkar Bangunan Ilegal di Stasiun Bandung. Dimuat dalam
Republika.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/07/26/oawrn3330-kai- bongkar-
bangunan-ilegal- di-stasiun- bandung
Diakses 20 November 2016.
Lumbanrau, Raja Eben, 2016. Detik-detik Ribuan Aparat ‘Serbu’ Petani Majalengka. Dimuat
dalam CNN Indonesia.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161118085655-20- 173482/detik-detik- ribuan-
aparat-serbu- petani-majalengka/
Diakses 20 November 2016.
Pratiwi, Gita. 2016. Ribuan Warga Sukamulya Duduki Lahan Tolak Pengukuran BIJB.
Dimuat dalam Pikiran Rakyat.
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa- barat/2016/11/17/ribuan-warga- sukamulya-duduki-
lahan-tolak- pengukuran-bijb- 385044
Diakses 21 November 2016.
Affan, Heyder. 2016. Ditolak Nelayan, Reklamasi Teluk Jakarta ‘Jalan Terus’. Dimuat
dalam BBC Indonesia.
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/09/160913_indonesia_reklamasi_jakart
a_jalanterus
Diakses 21 November 2016.
____. 2016. Walhi Sebut Pembangunan Infrastruktur Era Jokowi Mirip Soeharto. Dimuat
dalam Harian Kompas.
http://nasional.kompas.com/read/2016/11/20/17253011/walhi.sebut.pembangunan.infrastrukt
ur.era.jokowi.mirip.soeharto
Diakses 21 November 2016.
Rakisa. 2016. Ahok: Tahun Ini, Pemprov DKI Akan Gusur 325 Lokasi. Dimuat dalam
Kini.co.id.
http://nasional.kini.co.id/2016/06/28/15835/ahok-tahun- ini-pemprov- dki-akan- gusur-325-
lokasi
Diakses 21 November 2016.
____. 2016. Alamasan Reklamasi Merusak Lingkungan Tak Berdasar. Dimuat dalam Berita
Satu.
http://www.beritasatu.com/megapolitan/379047-alasan- reklamasi-merusak- lingkungan-tak-
berdasar.html
Diakses 21 November 2016.
____. ____. Warga Sukamulya Menolak Pembangunan BIJB. Dimuat dalam situs
Konsorsium Pembaruan Agraria.
http://www.kpa.or.id/news/blog/warga-sukamulya- menolak-pembangunan- bjib/
Diakses 21 November 2016.
____. 2016. Studi Kasus:Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Dimuat dalam Radar Planologi.
http://www.radarplanologi.com/2016/04/studi-kasus- reklamasi-pantai- utara-jakarta.html
Diakses 21 November 2016.
Raharjo, Dawam. 2009. Developmentalisme. Dimuat dalam Infid News dan Harian Tempo.
http://infid-news.blogspot.co.id/2009/06/developmentalisme- dawam-rahardjo.html
Diakses 21 November 2016
http://www.tempo.co/read/kolom/2009/05/18/78/Developmentalisme
Diakses 21 November 2016
Kami Hadir Untuk Menjalin Tali Silatuh Rahmi,Guna Untuk Membantu Para Masyarakat Di Muka Bumi Ini ,Dengan Segala Permasalahan Yang Ada,Karena Di Dalam Masyarakat Yang Kita Tahu Saat Sekarang Ini,Masih Banyak Masyarakat Yang Hidup Dibawah Garis Kemiskinan,Untuk Itu,Izinkan Saya Mbah Karwo Untuk Memberikan Solusi Terbaik Untuk Anda Yang Sangat Membutuhkan.Ada Berbagai Cara Untuk Membantu Mengatasi Masalah Perekonomian,Dengan Jalan ; 1,Melalui Angka Togel Jitu ; Supranatural 2,Pesugihan Serba Bisa 3,Pesugihan Uang Balik/Bank ghaib 4,Ilmu Pengasihan 5,DLL HANYA DENGAN BERMODALKAN KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN,INSYA ALLAH ITU SEMUANYA AKAN BERHASIL SESUAI DENGAN KEINGINAN ANDA... Dunia yang akan mewujudkan impian anda dalam sekejab dan menuntaskan masalah keuangan anda dalam waktu yang singkat. Mungkin tidak pernah terpikir dalam hidup kita untuk menyentuh hal hal seperti ini. Ketika terpikirkan kekuasaan, uang dalam genggaman, semua bisa dikendalikan sesuai keinginan kita.Semua bisa diselesaikan secara logika.Tapi akankah logika selalu bisa menyelesaikan masalah kita. Pesugihan Mbah Karwo Mbah memiliki ilmu supranatural yang bisa menghasilkan angka angka putaran togel yang sangat mengagumkan, ini sudah di buktikan member bahkan yang sudah merasakan kemenangan(berhasil), baik di indonesia maupun di luar negeri.. ritual khusus di laksanakan di tempat tertentu, hasil ritual bisa menghasilkan angka 2D,3D,4D,5D.6D. sesuai permintaan pasien.Mbah bisa menembus semua jenis putaran togel. baik itu SGP/HK/Malaysia/Sydnei, maupun putaran lainnya. Mbah Akan Membantu Anda Dengan Angka Ghoib Yang Sangat Mengagumkan "Kunci keberhasilan anda adalah harus optimis karena dengan optimis.. angka hasil ritual pasti berhasil !! BERGABUNGLAH DAN RAIH KEMENANGAN ANDA..! Tapi Ingat Kami Hanya Memberikan Angka Ritual Kami Hanya Kepada Anda Yang Benar-benar dengan sangat Membutuhkan Angka Ritual Kami .. Kunci Kami Anda Harus OPTIMIS Angka Bakal Tembus…Hanya dengan Sebuah Optimis Anda bisa Menang…!!! Apakah anda Termasuk dalam Kategori Ini 1. Di Lilit Hutang 2. Selalu kalah Dalam Bermain Togel 3. Barang berharga Anda Sudah Habis Buat Judi Togel 4. Anda Sudah ke mana-mana tapi tidak menghasilkan Solusi yang tepat Jangan Anda Putus Asa…Selama Mentari Masih Bersinar Masih Ada Harapan Untuk Hari Esok.Kami akan membantu anda semua dengan Angka Ritual Kami..Anda Cukup Mengganti Biaya Ritual Angka Nya Saja… Apabila Anda Ingin Mendapatkan Nomor Jitu 2D 3D 4D 6D Dari Mbah Karwo Selama Lima Kali Putaran,Silahkan Bergabung dengan Uang Pendaftaran Paket 2D Sebesar Rp. 300.000 Paket 3D Sebesar Rp. 500.000 Paket 4D Sebesar Rp. 700.000 Paket 6D Sebesar Rp. 1.500.000 dikirim Ke Rekening BRI.Atas Nama:No Rekening PENDAFTARAN MEMBER FORMAT PENDAFTARAN KETIK: Nama Anda#Kota Anda#Kabupaten#Togel SGP/HKG#DLL LALU kirim ke no HP : ( 0852-3162-7267 ) SILAHKAN HUBUNGI EYANG GURU:0852-3162-7267
BalasHapus