WILUJENG MILANGKALA PERSIB BANDUNG KE-84 TAHUN TETAP JAYA SAMPAI LEVEL ASIA (History Persib Bandung)

Oleh Gina Pitaloka

180310150006

Jayalah Persib Bandung 84 tahun usia mu, Para Bobotoh selalu mendukungmu, selalu ada untukmu, jangan pernah merasa sendiri, karena para Bobotoh selalu ada dibelakangmu, memberikan semangat untukmu, karena kaulah kebanggaan di hati para pendukungmu. Sudah puluhan tahun lamanya kau berdiri tetapi kejayaannya tidak pernah mati. Beberapa minggu yang lalu tepatnya pada tanggal 14 Maret 2017 Persib merayakan ulang tahunnya yang ke 84 tahun ini bukanlah waktu yang singkat, 84 tahun bukan waktu yang sebentar, butuh proses untuk mempertahankannya, lika liku kehidupan sudah dilewatinya, ujian dan rintangan sudah diselesaikannya tetapi semangatnya tetap bergelora dan tidak pernah padam. Di ulang tahunnya yang ke 84 tahun ini Persib mendapat kado yang sangat istimewa sebuah kebanggaan bagi para suporternya, Persib mendatangkan pemaen bintang Michael Essien dan Carlton Cole. Djadjang Nurdjaman (Djanur) sang pelatih Persib Bandung berharap, bahwa dua pemaen tersebut adapat membangkitkan semangat dan dapat merebut kejuaraan hingga Persib berada di tingkat paling atas.

Persib tidaklah lerpas dari sejarah, ketika Persib belum dikenal banyak oleh masyarakat dan ketika nama Persib belum populer seperti sekarang, Persib memiliki masa lalu tersendiri, Persib yang tidak pernah luput dari sejarah persepak bolaan, Persib yang tidak akan lupa dengan masalalunya dan Persib yang akan selalu menganang sejarahnya. Sekitar tahun 1923 sebelum menjadi nama Persib, di kawasan Bandung berdiri perserikatan sepak bola (voetbalbond) yang bernama Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB). Pada saat itu tim BIVB dipimpin oleh Mr. Syamsudin. Pada tahun 1927 di Surabaya, Sepak Bola bandung ini, menjadi salah satu dari emapat perserikatan bola yang sudat terlibat dalam pendiri Indonesische Voetbal Bond (IVB). Perserikatan yang ikut serta dalam mendirikan IVB adalah Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB, Surabaya), Vorstendlandsche Voetbal Bond (VVB, Solo), dan Hisboel Wathon (Yogyakarta). IVB bisa dikatakan sebagai asal mula PSSI namun gagal, sedangkan BIVB menjadi salah satu pendiri PSSI yang telah diresmikan pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta. Pada masa itu yang menjadi pengurus PSSI adalah R. Atot Soerawinata dan PSSI pada saat itu dipimpin oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo.

Sebenarnya kapan pastinya Persib berdiri itu agak membingungkan, karena Persib sudah beberapa kali berganti nama dari BVIB kemudian berganti menjadi PSIB dan yang terakhir dan samapi saat ini bernama Persib, tetapi tanggal 14 Maret merupakan tanggal yang sangat disakralkan bagi Persib dan selalu diperingati setiap tahunnya. Sehingga sejarah mencatat bahwa tangal 14 Maret 1933 itu merupakan tanggal berdirinya Persib Bandung, tanggal tersebut diambil ketika PSIB dan NVB bergabung menjadi satu sehingga berganti nama menjadi Persib, dan BVIB yang pertama kali berdiri itu kemudian dihilangkan, bergantinya PSIB dari nama asalnya BIVB itu tidak diketahui kapan bergantinya, tiba – tiba nama BVIB itu menghilang. Pada saat itu juga di Bandung selain ada PSIB ada juga NVB (National Voetbal Bond).

Selain mengetahui mengenai lahirnya Persib Bandung kita juga harus mengetahui konflik yang ada pada zaman Persib. Ketika final yang digelar di Solo itu telah memicu ketegangan bagi suporter Persin dan Persis, sehingga pada tahun 1937 dendam  publik Bandung telah terbalaskan. Sebelum pertandingan final di solo pada tahun 1937 itu dimulai, sudah sering terjadi gesekan antar kedua suporter tersebut. Sehingga ketika Persib akan melakukan pertandingan di Surabaya pada tahun 1937 pihak PSIS meminta untuk membuat penjagaan ketat di stasiun Solo terhadap Persis, karena suporter Persib akan melewati jalur tersebut kurang lebih 3 gerbong. Perlu kita sadari, bahwa semenjak Persib didirikan dan mengikuti pertandingan – pertandingan, banyak sekali konflik – konflik yang dihadapi sampai saat ini. Belum ada yang bisa menghentikan konflik antar suporter ini.

Banyak sekali korban yang berjatuhan, banyak sekali nyawa yang terbunuh sia – sia, mereka menganggap ini suatu pembelaan untuk menjaga nama kebanggaannya. Nyawa seseorang melayang hanya karena sepak bola, konflik antar suporter yang telah memutuskan sebuah cita – cita anak bangsa, kapankah semua ini akan berakhir? kapankah dunia suporter akan dewasa?. Rasis dan arakis memang sudah terkenal dalam dunia suporter, tetapi jadikanlah rasis dan anarkis itu menjadi sebuah kebaikan bukan kejahatan, perkelahian antar suporter memang sering dijumpai, masalah sekecil apapun akan menjadi besar dan berkepanjangan, suporter terkenal dengan balas dendam, maka tidak heran jika banyak korban yang berjatuhan.

Jadilah suporter yang dewasa, taat akan aturan, memiliki hati bukan emosi, menjadi suporter yang loyal itu bukan dilihat dari seberapa banyak kita membunuh, seberapa banyak kita tawuran dan seberapa banyak kita melukai orang, tetapi suporter yang loyal itu, dia yang akan selalu ada untuk tim kebanggaannya, selalu memberi semangat untuk tim kebanggaannya, selalu membangunkan ketika tim kebanggaannya terjatuh dan dia yang tidak pernah menghilang ketika tim kebanggaannya terpuruk karena suporter sejati itu dia yang selalu ada dibelakang tim kebanggaannya. Suporter sejati bukan yang bersikap jagoan dan bukan untuk ditakuti tetapi disegani, jadilah seorang pahlawan yang akan menolong orang lain dan berguna bagi orang lain.

Balas dendamlah dengan kemenangan bukan dengan kekerasan, tim kebanggaan yang akan membalasnya, dia akan membalas dengan poin kemenangan bukan pembunuhan. Percalah bahwa suporter yang hebat itu, bukan yang bertingkah sebagai jagoan, karena dia percaya bahwa tim kebanggaannya akan membalas dendam suporternya. Menyelesaikan masalah itu harus dengan otak, bukan dengan otot dan balaslah dendam dengan kejuaraan, bukan kerusuhan.

Sumber :

Hanipan, A. v. (2014). Persib Undecover. Bandung: 3 Buku.

Internet : Liputan6.com diakses pada tanggal 1 April 2017 Pukul 13.30 WIB