e-mail: unpadhistorian15@gmail.com

WACANA FASHION DIBALIK PESTA POLITIK (Dibalik Kemeja Motip Kotak-Kotak Warna Merah Hitam Ikon style Kampanye Ahok-Djarot dalam Presfektif Kajian Budaya dan Sejarah )



Oleh : Anas Anwar Nasirin
180310150088




Sejak kepopulerannya tahun 1964 yang ditandai dengan didirikannya Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) oleh Richard Hoggart di Brimingham Inggris. Sebagai kelanjutan langkah dari kemunculan teks-teks kajian budaya oleh Raymond Williams (1928-1988) dan Stuart Hall (1932). Kajian budaya telah menjadikan gaya hidup, konsumerisme dan Budaya populer: musik, fashion, televisi, majalah, iklan, film, media sosial dan cyberspace sebagai objek kajiannya. (Rouse, dikutip dalam Bernand 1996,111). Praktek fashion dan kecantikan dapat menciptakan kecantikan dan identitas yang digenderkan, juga identitas yang dikelaskan, rasial, identitas umur dan etnik. Selama perkembangannya fashion telah menunjukan kolaborasi politik dalam wacana hegemoni. Begitupun dengan kameja motip kotak-kotak berwarna merah hitam  yang menjadi ikon style kampanye pasangan calon gubernur (Cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat. Akan menjadi bahasan utama dalam tulisan kali ini dipandang dari presfektif kajian budaya dan sejarah.


Kajian budaya adalah suatu wilayah penyelidikan yang multidisipliner bahkan pascadisipliner yang mengaburkan batas-batasan taradisinya sendiri dengan disiplin-disiplin lain. Dengan secara konsisten mengklaim memusatkan perhatiannya pada isu-isu kekuasaan, politik, dan kebutuhan akan perubahan sosial. Sehingga adanya keinginanu untuk membentuk hubungan dengan gerakan-gerakan politik diluar akademis. Sehingga menjadikan kajian budaya sebagai sekumpulan teori dan pendirian politik, termasuk didalamnya penciptaan teori sebagai suatu praktik politik. Bagi kajian budaya, pengetahuan tidak pernah dipandang sebagi ponemena yang netral atau objektif. Karena pengetahuan merupakan masalah posisionalitas, yang di istilahkan Gray sebagai “siapa yang bisa mengetahui tentang siapa”dan“dengan cara apa” serta“untuk tujuan apa” (Gray,1997:94).


Seputar pesta demokrasi DKI Jakarta tak henti-hentinya diberitakan oleh berbagai media. Tanggal 24 Oktober 2016 sejak penetapan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur menjadikan maghnet tersendiri bagi pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat. Tanggal 25 Oktober  2016 dengan mendapatkan nomor urut 2 menjadikannya berada dalam posisi strategis dengan sangat mudah mereprensentasikan berbagai gaya dibalik visi misi  no urut 2 dengan ciri khas utama kemeja kotak-kotak berwarna hitam merah.
Terdapat wacana tersendiri dibalik kemeja bermotif kotak-kotak berwarna merah yang menjadi icon style pasangan Ahok-Djarot dan pastinya menjadi pertanyaan besar. Dikutip dari Kompasiana, Jumat (11/11/2016). Ivan Gunawan seorang desainer ternama Indonesia mengungkapkan"Mereka yang sedang mencalonkan buat jadi cagub biasanya mencari image tertentu  yang menggambarkan kubu masing-masing lewat gaya berpakaian," jawaban yang disampaikan Ivan Gunawan sedikit membuka pintu untuk sampai pada jawaban yang dibutuhkan.
Ditinjau dari presfektif budaya dalam prakteknya fashion sangat bersifat dinamis, ia bisa menjadi saya, liyan, dan antara saya dan liyan. Penguasa dapat mempermainkan fashion dengan style yang ia gunakan dengan mengikuti trand masa kini atau kembali kemasa lalu. Naomi Klein (2000) mengingatkan  bahwa saat ini kita hidup dalam sebuah “Branded World”. Dimulai dari pandangan bahwa merek fashion adalah “makna utama dari perusahaan modern”. Klein mendokumentasikan penyebaran global identitas-identitas dari ikon-ikon visual telah menyebar menjadi produk-produk komersil yang spesifik. Dalam kajiannya fashion juga didominasi oleh disiplin ilmu sejarah seni yang mengutamakan produksi diatas konsumsi dengan cara yang berbeda..
Ditinjau dari presfektif sejarah seni Fashion disamakan dengan adibusana (haute couture) para ahli sejarah seni menganalisis bagaimana desainer besar sebagai seniman telah mencapai pakaian yang mereka hasilkan dengan cara genius. Karena dengan brand semacam itu makna pakaian akan dikaitkan dengan tujuan sang perancang yang mengabaikan bagaimana makna diciptakan melalui cara pakaian digunakan dan dimanfaatkan. Elizabet Wilson berpendapat, “pakaian tanpa tubuh bukanlah pakaian” (1993:15). Penekanan adibusana juga merupakan pengabaian mayoritas hubungan manusia dengan pakaian, memandang sejaran fashion dari atas kebawah bukan dari bawah keatas` (Leopold 1993,102).
Di era globalisasi saat ini, fashion berperan besar dalam membentuk budaya citra  (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture). Senada dengan ungkapan Thomas Carlyle, ”Pakaian adalah perlambang jiwa” Hal tersebut merupakan representasi dari suatu identitas yang dapat memerankan tujuan serta gaya yang mengikat dalam kehidupan masyarakat. Bukan hanya fisik dapat melihat dalam bentuk gaya dan trand tetapi  lebih jauh dalam pakaian terdapat serangkayan ideologi yang dimaksudkan dari individu pencipta fashion.
Trend kemeja dengan motip kotak-kotak bagaikan supa yang tumbuh ditengah guyuran hujan angin. Dalam perkembangannya kameja dengan motip kotak-kotak sudah popular sejak abad ke-17. Di Benua Eropa  populer  sebagai pakaian kebesaran Bangsa Skotlandia yang direpresentasikan sebagai  simbol perlawanan  kepada tirani Inggris. Abad ke-20, baju motif kotak-kotak merupakan pilihan berbusana dari para hipster, yaitu para pecinta musik rock yang mencintai kebebasan. Trend ini juga popular dikalangan para koboy, mereka menggunakan baju motip kotak-kotak yang memperlihatkan citra gagah. Kemudian Fathur Rochman (2016). dalam artikelnya “Baju Motif Kotak-Kotak dan Simbol Perlawanan” mengatakan, tahun 1914 kemeja motip kotak-kotak  menjadi pakaian seorang sosok penebang kayu sekaligus simbol pahlawan rakyat. Pada tahun 1970, musisi Band Rock Creedence Clearwater Revival, John Fogerty turut mempopulerkan kemeja ini. Kemudian menjadi trend pada tahun 1979 berkat film berjudul “The Dukes of Hazzard”. Film ini kemudian menjadi kebangkitan kemeja motip kotak-kotak untuk perempuan. Pada tahun 1990 popularitas kemeja motip kotak-kotak kembali terdongkrak seiring dengan populernya musik grunge. Nirvana salah seorang yang mengangkat kembali style kemeja motip kotak-kotak. Karena kedekatan kemeja motip kotak-kotak dengan aliran musik rock yang sarat akan kebebasan, karakter kemeja ini semakin identik dengan kemerdekaan. Tahun 1990 dikenal sebagai  tahun terburuk dalam sejarah fashion dunia atau dikenal dengan sebutan “The decade fashion has forgotten.” Style Grunge ini mirip gaya Punk namun tidak begitu radikal.
Adapun wacana dibalik warna merah dan hitam  seperti yang diungkapkan Lusiana (2014). Warna merah memberi arti gairah dan memberi energi dan menyerukan terlaksananya suatu tindakan. Dalam Psikologi warna, merah merupakan simbol dari energi, gairah, aksi, kekuatan, dan kegembiraan. Negatifnya warna merah identik dengan kekerasan dan kecemasan. Sedangkan warna hitam adalah warna yang akan memberikan kesan suram, gelap dan menakutkan namun tetap elegan. Kemeja bermotip kotak-kotak dengan warna merah hitam sebagai ikon style kampanye Ahok Djarot mengundang sensasi yang memunculkan opini dari berbagai kalangan. Apalagi setelah ada isu Ahok akan  menjual kostumnya kepada  pendukungnya atau yang akan bergabung sebagai teman Ahok dengan  harga satuannya mulai Rp100 ribu sampai Rp150 ribu tergantung ukuran. 
Berbagai rumorpun beredar di masyarakat terkait dengan baju motip kotak-kotak berwarna merah hitam sebagai ikon style kampanye Ahok-Djarot dikaitkan dengan kampanye Jokowi yang sebelumnya menggunakan kemeja bermotip kotak-kotak sebagai ikon style kampanyenya. Banyak yang mengatakan, dibalik  kameja bermotip kotak-kotak.bahwa terdapat "Tuah" . Ada pula yang membuat isu provokativ bahwa dibalik kemeja kotak-kotak adalah simbol dari Zionis. Gerakan Zionis Indonesia masuk melalui partai PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan) kemudian memperalat jokowi menyandingkannya dengan kaki tangan Yahudi atau Freemason. Menurut mereka misi itu sudah sukses di Solo, bahwa wakil Jokowi dulu FX Rudyatmo yang beragama kristen akhirnya sekarang menjadi Walikota Solo dan sekarang terbukti kepemimpinan Jakarta akan dilepas kepada Ahok yang juga beragama Kristen dengan terpilihnya Jokowi sebagai Persiden Republik Indonesia.
Hanya api yang selalu membuat panas suasana, perlunya melirik sejarah. ikon style kampanya Ahok Djarot berupa kemeja motip kotak-kotak. Merupakan bentuk inspirasi dari baju adat Bali yang merupakan tanah leluhur ibunda Soekarno dan juga nenek Megawati yaitu  Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Buleleng, Bali. Kemudian PDI Perjuangan mempupolerkan motip ini untuk setiap kepala daerah yang diusungnya seperti Ahok-Djarot, Jokowi-Ahok, dan Lis Darmansyah-Syahrul di Tanjung Pinang.


Dipandang dari prespektif kajian budaya dan sejarah. Ikon style kampanye Ahok-Djarot dengan kemeja bermotip kotak-kotak berwarna merah hitam. Segelintir wacana berkaitan erat dengan pengakuan identitas kaum minoritas yang berkait dengan ras dan etnisitas. Identitas bukanlah sesuatu yang tetap dan bisa di simpan. Melainkan sebagai suatu proses untuk menjadi ( S. Arifianto). Begitupun Joshua Miller mengatakan  dalam Gordana Vrencoska.  Fashion (pakaian) mempunyai dua fungsi politis  yakni untuk mengekspresikan perlawanan pada simbol-simbol dominan dalam masyarakat dan  untuk menyatukan kelompok-kelompok yang melawan simbol dan ide-ide tersebut. Pakaian merupakan simbol penting dari identitas kolektif karena itu dapat membangkitkan rasa kebanggaan dan kebersamaan sebagai komunitas.
Etnisitas merupakan suatu konsep budaya yang berintikan penganutan norma, nilai, keyakinan, simbol, dan praktik budaya bersama. Pembentukan kelompok etnis yang didasarkan pada penandaan budaya bersama yang telah tumbuh dalam konteks sejarah, sosial, dan politik tertentu dan telah mendorong perasaan terlibat yang dilandasi oleh leluhur mitologis bersama. Erat kaitannya dengan motip baju kotak-kotak dalam perkembangannya digunakan sebagai alat protes bangsa Skotlandia pada abad ke-17 yang direpresentasikan sebagai  simbol perlawanan kepada tirani Inggris. Tahun 1990-an kemeja motip kotak-kotak erat kaitannya dengan punk yang didefinisikan sebagai budaya subculture  yang secara eksplisit menentang politik kotor, menerapkan kehidupan mandiri, lugas, dan kebebasan. Dominasi warna merah dan hitam menggambarkan adanya sikap keberanian dengan semangat tinggi walapun tidak dapat dipungkiri warna hitam menandakan hegemoni ketegasan dalam diri penguasa dan bahwa dirinya yang harus mengatur.


DAFTAR PUSTAKA

Buku:
- Adorno, On Popular Music dalam Cultural Theory and Popular Culture: A Reader, Second Edition. (1998). Edited John Storey. England: Prentice Hall.
- Agger, Ben. (2008). Teori Sosial Kritis: Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
- Barker, Chris. (2009). Cultural Studies: Teori & Praktek. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
-Hollow- Tyson, Lois. 2006. “Chitical Theory Today: A User-friendly Guide” Edisi kedua New York: Routlge.
-Hollows, Joane. 2000. Femininitas dan Budaya Populern Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI.

Non-Buku:

- Kellner, Douglas. Cultural Studies, Multiculturalism, and Media Culture. Retrieved October, 13, 2007, from http://www.gseis.ucla.edu/faculty/kellner/ papers/SAGEcs.html (Sabtu; 1 April 2017, 19:00-20:32 WIB)
- Siregar, Ashadi. Kedudukan Teori Media Dalam Kajian Budaya. (pdf). Retrieved April, 08, 2009. (Sabtu; 1 April 2017, 19:00-20:32 WIB)








2 komentar:

  1. Assalamualaikum Terimakasih Admin atas postingannya sangat menginspirasi

    BalasHapus