Karang Terancam Punah

Oleh Ismatul Khasanah
180310150073

Terumbu karang merupakan ekosistem khas laut dangkal di perairan tropis yang paling produktif. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai biota bernilai ekonomi tinggi, serta keberadaannya dapat dijadikan sebagai potensi wisata. Terumbu karang Indonesia mempunyai keragaman yang tinggi di dunia. Stehli dan Wells (1971) menyatakan bahwa kawasan Indo Pasifik adalah salah satu pusat keragaman karang dunia. Indonesia berada di wilayah segi tiga terumbu karang (triangle coral reef) yang mencakup sekitar 53% terumbu karang dunia. Segi tiga terumbu karang merupakan episenter kehidupan laut yang memiliki biota laut yang tinggi. Di perairan Raja Ampat dan Maluku Utara terdapat sekitar 600 spesies koral atau lebih dari 75% spesies yang dikenal di dunia.

Sungguh disayangkan, kekayaan alam Indonesia seringkali mengalami ancaman serta kerusakan yang timbul karena ulah manusia. Menurut Suharsono (peneliti P2O LIPI) yang melakukan pengamatan di 686 lokasi pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 85% terumbu karang Indonesia terancam rusak. Berbagai macam kegiatan manusia yang sejak dahulu berdampak terhadap ekosistem terumbu karang, yakni :

Pengambilan Karang Batu

Karang Batu merupakan bahan bangunan penting penduduk pesisir di Indonesia sejak lama. Pada tahun 1947, Hardenberg (gemeente Belanda) melaporkan adanya pengambilan karang didaerah teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu yang ditaksir mencapai 12.000-25.000 meter kubik/tahun. Bahkan pengambilan karang di Pulau Ubi (di Kepulauan Seribu) telah menyebabkan tenggelamnya pulau tersebut. Di Lombok, pembakaran karang secara tradisional untuk menghasilkan kapur dimulai pada 1970-an, meskipun telah dilarang, tahun 1992 masih terdapat empat lokasi pembakaran karang di pantai timur Labuhan, Lombok (Monk et al., 2000)

Pengambilan Karang Merah unuk Perhiasan

Sejak dahulu karang merah (Corallium sp) telah dimanfaatkan sebagai perhiasan. Pada 400-50 SM, di gua-gua La Tene ditemukan perhiasan seperti bros dan gelang yang terbuat dari karang merah. Bangsa Cina dan Tibet sudah membuatnya sebagai mata uang sejak abad ke-13. Di Eropa sejak abad ke-15, karang merah telah dibuat menjadi permata (perhiasan). Di Cina pemanfaatan karang sebagai permata telah dilakukan sebelum bangsa Eropa. Selain itu, sebelum abad ke-9 kerajaan Romawi telah memperdagangkan permata dari karang merah ini sampai ke Asia kecil termasuk Jepang. Bahkan pada zaman dulu, banyak peralatan perang termasuk sarung pedang yang ditempeli karang merah, dengan harapan agar pemakainya terlindung dari serangan benda tajam. Selain itu, karang merah diyakini dapat menangkal roh-roh halus dan marabahaya, serta obat segala penyakit (Hadi, 1994).

Penangkapan Ikan dengan Peledak

Cara penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak berkembang diberbagai negara. Menurut seorang nelayan di Maluku, kebiasaan meledakkan karang untuk mendapatkan ikan dimulai orang Jepang pada tahun 1942 dengan cara melemparkan granat tangan ke karang dan mengumpulkan ikan-ikan yang terapung (Kvalvagnaes dan Halim, 1979). Cara seperti ini merupakan tindakan yang paling merusak ekosistem terumbu karang, selain mematikan biota laut yang bernilai jual tinggi, juga mematikan benih-benih biota laut tersebut.

Pada 4 Maret 2017, kapal pesiar MV Caledonian Sky berbendera Bahama yang dimiliki oleh perusahaan tour Noble Caledonian (Inggris) yang dinahkodai oleh Keith Michael Taylor menabrak terumbu karang di perairan Selat Dampier, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Hal ini menyebabkan kerusakan terumbu karang mencapai luas 1,8 hektar. Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup perusakan kekayaan alam seperti terumbu karang, lahan gambut, dan hutan, merupakan tindakan kriminal yang ancaman hukumannya adalah pidana penjara.

Pemerintah Indonesia memang telah membuat tim untuk menangani aspek hukum baik perdata maupun pidana, termasuk bantuan timbal balik, dan upaya ekstradisi. Namun hingga saat ini, penanganan hukum dan pemberlakuan sanksi baru sampai pada kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak diatas kertas bermaterai, mengenai luas terumbu karang yang rusak. Belum ada kepastian mengenai ganti rugi dari kerusakan terumbu karang Raja Ampat, karena menurut Kepala Dinas Pariwisata, Yusdi Lamatenggo, masih dalam proses perhitungan dan pembahasan. Perusahaan kapal pesiar Inggris bersedia memberikan ganti rugi berapapun, namun diperkirakan Noble Caledonia harus membayar ganti rugi 10,8-16,2 juta Dollar AS. Namun, ganti rugi tersebut baru bisa dicairkan sekitar satu sampai dua tahun.

Jumlah ganti rugi dengan nominal uang sebenarnya tidak dapat menyelesaikan permasalahan bagi kerusakan terumbu karang di Raja Ampat, karena menurut tim peneliti, harapan hidup terumbu karang Raja Ampat hanya 50% belum lagi apabila dilakukan upaya perbaikan kembali membutuhkan waktu 50 sampai 100 tahun. Di kawasan perairan seluas 13.270 meter persegi kondisinya tidak bisa diselamatkan, hal ini karena terumbu karang itu rusak karena tertindih beban kapal saat mengalami kandas.

Hingga saat ini, pemerintah masih sibuk untuk menghitung kerugian berdasarkan luas karang yang rusak parah serta menghitung ganti rugi berdasarkan perhitungan ekonomi. Sebaiknya pemerintah dengan segera membentuk organisasi yang bertujuan untuk membantu pemulihan kawasan Raja Ampat agar kembali menjadi surga biota laut dan keanekaragaman hayati yang menjadi pesona Indonesia. Selain itu, pemerintah Indonesia harus menindak tegas dengan hukuman pidana terhadap nahkoda kapal pesiar Inggris, karena kapal pesiar yang memiliki radar dan navigasi yang canggih bisa sampai melakukan kecerobohan dan pelanggaran di negara lain.

Dibutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah, masyarakat, perguruan tinggi, lemabaga swadaya masyarakat lokal dan internasional, serta sektor swasta untuk membagun dan berkelanjutan mengelola jaringan yang membawa manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Apabila pemerintah tidak bertindak secara cepat maka sangat mungkin terumbu karang indah Raja Ampat akan mengalami kepunahan. Semoga kerusakan terumbu karang Raja Ampat menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah Indonesia dalam membuat dan memperbaiki regulasi di wilayah perairan.

Daftar Sumber :

Ghufron H. Kordi. K., M. 2010. Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta : Rineka Cipta.

Dewi, Sukmana dan Suryaningsih. 2009. Pesona Indonesia Pariwisata, Budaya , dan Sosial : Lebih Dekal Mengenal Pulau Papua. Jakarta : Bintang Ilmu.

https://m.tempo.co/read/news/2017/03/15/173856044/begini-kronologis-kapal-pesiar-menabrak-terumbu-karang-raja-ampat (Diakses pada Jumat, 31 Maret 2017 pukul 20.05)

http://sains.kompas.com/read/2017/03/14/17330231/kerusakan.karang.raja.ampat.akibat.kapal.inggris.8.5.kali.lebih.besar. (Diakses pada Jumat, 31 Maret 2017 pukul 20.12)