e-mail: unpadhistorian15@gmail.com

Komik: Sekedar Hiburan Saja atau Mengandung Makna yang Lebih?

Oleh Rifa Utami Zahara
180310150090


Komik merupakan salah satu cara masyarakat untuk menghibur diri. Cara ini dilakukan oleh anak-anak bahkan para orang dewasa. Komik yang menjadi media untuk menghibur masyarakat ini ada berbagai macam. Dahulu kita lebih mengenal komik dalam bentuk buku, namun sebenarnya ada berbagai macam komik. Pada saat ini lebih sering dilihat komik dalam bentuk strip atau komik strip dalam media sosial, seperti instagram,twitter, dan lain-lain. Maka dari itu popularitas komik semakin hari semakin bertambah. Semua orang dapat dengan mudah menemukannya seperti pada tab explore di instagram. Dapat juga dicari pada google. Setiap hari selalu ada komik strip baru yang berlalu-lalang dan menampilkan berbagai gaya komik yang dibuat.
Meskipun komik strip menjadi salah satu media penghibur di dalam masyarakat. Bukan berarti isi dari komik strip yang ada di media sosial selalu bersifat humor yang ringan tetapi juga banyak macamnya. Macam-macam isi komik strip ini yaitu humor ringan, humor berat, politik, kritik sosial, dan lain-lain. Selain isinya yang beragam, pembuatnya atau disebut juga komikus, pun beragam. Dari yang sudah memiliki nama karena membuat komik dalam bentuk buku dan banyak pula yang hanya sekedar membuat saja karena hobinya.
Berbagai macam isi dari komik strip ini salah satunya adalah kritik sosial seperti pada akun instagram @micecartoon.co.id yang isinya kritikan sosial dari lingkungan anak-anak hingga dewasa, bahkan beberapa mengkritik kebijakan pemerintah. Meskipun berisi kritik sosial dalam komik-komik yang dibuatnya tapi dikemas dengan humor ringan sehingga banyak orang yang mengerti kritik yang dibuatnya. Selain itu pada akun instagram @_thepopop komik yang dibuatnya juga berisi kritik sosial. Kritik yang dibuatnya biasanya tentang berita-berita yang hangat di Indonesia. Selain membuat komik strip, akun @_thepopop ini juga menggambar pada dinding-dinding jalan atau street art.
Komik-komik yang menjadi media penghibur sekaligus media kritik sosial dan media politik ini bukan hal yang baru terjadi di Indonesia. Sebenarnya komik di Indonesia sudah ada dari dahulu. Komik mendapat pengaruh dari barat dan Cina, seperti di Hindia Belanda, komik mulai muncul dalam media massa sebelum Perang Dunia II. Harian berbahasa Belanda, De Java Bode (1938), memuat komik karya Clinge Doorenbos yang berjudul Flippie Flink dalam rubrik anak-anak. Kemudian, De Orient adalah mingguan yang pertama kalinya memuat komik petualangan Flash Gordon yang termashur itu (Bonneff, 1998:19). Selain pengaruh barat, komik yang ada di Indonesia juga mendapat pengaruh dari Cina seperti pada 1930 komik yang menceritakan tentang kehidupan orang Indonesia keturunan etnis Tionghoa muncul pada surat kabar Sin Po. Komik strip ini menceritakan tentang petualangan tokoh jenaka karya Kho Wang Gie. Dan pada 1931 tokoh gendut Put On muncul yang digambarkan sebagai seorang Cina yang rendah hati dan mewakili rakyat kecil di ibu kota serta berbicara dengan dialek Jakarta (Bonneff, 1998:20-21). Pada komik Put On juga menceritakan tentang orang Indonesia yang mencintai negaranya dan juga ada beberapa kritik sosial di dalamnya. Tapi akhirnya surat kabar Sin Po dilarang terbit (1931-1960).
Meskipun demikian komik Indonesia baru benar-benar tumbuh pada awal perang dunia. Seperti di Solo mingguan Ratu Timur memuat legenda kuno, Mentjari Putri Hidjau yang digambar oleh Nasrun A.S. namun pada masa pendudukan Jepang pers dibrangus dan dimanfaatkan untuk keperluan propaganda Asia Timur Raya dan komik yang ada di dalamnya pun ikut menjadi alat propaganda.
Dalam komik yang berisi politik juga digunakan pada tahun 1963-1965 . komik digunakan oleh Soekarno untuk membangun semangat nasionalis pada rakyat Indonesia. Komik-komik yang ada pada saat itu ialah Pembebasan; Srikandi Tanah Minang, Pedjuang tak Kenal Mundur, Iman Zulkarnain; Pattimura, dan Pmberontakan Trunodjojo (Bonneff, 1998:35).
Komik-komik yang dibuat berisi kritikan sosial ini memiliki cerita dibaliknya. Pada saat ini Indonesia mudah sekali terbawa arus barat dan juga mudah untuk dipisahkan melalui media-media massa yang memiliki kepentingannya sendiri. Sehingga komik-komik ini pun muncul untuk mengingatkan dan mengkritik masyarakat Indonesia dengan mudah,ringan tetapi memiliki makna yang sangat penting dan berharga. Agar semua makna-makna yang ingin disampaikan oleh komikus dapat diterima dan mudah dipahami.
Meskipun tidak semua makna-makna komikus dikemas dengan ringan, ada beberapa yang mengemas komik yang mereka buat dengan penuh sarkasme dan sindiran. Tapi tidak membuat mereka kehilangan penggemar.
Dahulu banyak stigma dalam masyarakat bahwa orang yang membaca komik hanyalah anak kecil atau orang yang membaca komik berarti dia masih kecil dan belum dewasa. Namun nyatanya dari awal adanya komik di Indonesia hingga sekarang komik bukanlah bacaan untuk anak kecil saja, dilihat dari isinya yang banyak berisi kritikan sosial yang ditunjukkan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Meskipun komik adalah sebuah gambaran yang rata-rata dibuat untuk menarik minat baca anak kecil bukan berarti bahwa komik adalah bacaan anak kecil dan orang dewasa tidaklah seharusnya membaca komik. Dengan membaca komik yang saat ini banyak tersedia di media sosial menjadi nasihat penting untuk kita para orang dewasa untuk lebih bijak melihat realita dalam masyarakat dan bersikap yang lebih hati-hati melihat pemberitaan di media-media massa.

Sumber:
Bonneff, Marcel. 1998. Komik Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

Zpalanzani,Alvanov dkk. 2006. Martabak Histeria! Komikita: Membedah Komikita Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

0 komentar: